Notification

×

Iklan

Iklan

FLYER-GEMILANG-OSN-SMP-MTs-Page-0© FLYER-GEMILANG-OSN-SMP-MTs-Page-1©

Praktik Nepotisme di Tubuh Dispora Sulawesi Selatan: Atlet Berprestasi Tergeser oleh Anak Kadis, Prestasi Olahraga Terjun Bebas

Sunday, October 6, 2024 | October 06, 2024 WIB Last Updated 2024-10-06T11:13:06Z
Farid Mamma, SH., M.H


Makassar, 6 Oktober 2024 – Dunia olahraga Sulawesi Selatan tengah dirundung polemik serius terkait dugaan praktik nepotisme di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Selatan. Rafi, atlet panahan berbakat yang menempati urutan ketiga nasional dan pernah mewakili Indonesia di ajang internasional, harus merelakan posisinya digantikan oleh anak Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadis Pora) Sulsel. Pergantian ini diduga sarat nepotisme, di mana keluarga pejabat mendapatkan tempat, terlepas dari prestasi dan kapabilitas yang seharusnya menjadi dasar seleksi.


Selain itu, posisi asisten pribadi Kadis Pora, yang terlibat langsung dalam pengambilan keputusan, juga dipegang oleh anak Kadis Pora. Hal ini memperkuat dugaan bahwa praktik nepotisme telah menyusup dalam institusi olahraga yang seharusnya menjujung tinggi nilai-nilai sportivitas dan meritokrasi.


Prestasi RF yang Dikorbankan


Rf, atlet yang dikenal dedikasinya dalam olahraga panahan, telah berulang kali mengharumkan nama Sulawesi Selatan. Pada tingkat nasional, ia meraih posisi ketiga dan mewakili Indonesia dalam ajang internasional. Namun, dengan alasan yang belum jelas, posisinya kini digantikan oleh anak Kadis Pora yang dinilai kurang berpengalaman dan belum memiliki rekam jejak di dunia panahan.


"Saya sangat kecewa. Prestasi saya seakan tidak dihargai, dan saya terpaksa harus menerima keputusan ini yang saya rasa tidak adil," ujar Rf dalam sebuah kesempatan, menyiratkan kekecewaan atas hilangnya kesempatan emas dalam karier olahraganya.


Kemerosotan Prestasi di PON Aceh


Praktik nepotisme ini semakin menimbulkan keprihatinan setelah Sulawesi Selatan mencatat penurunan drastis dalam prestasi olahraga di Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh yang baru saja digelar. Prestasi Sulawesi Selatan merosot tajam dibandingkan dengan PON sebelumnya. Banyak pihak menilai bahwa pengelolaan Dispora yang tidak profesional dan adanya keputusan-keputusan yang tidak berdasarkan meritokrasi, termasuk dalam seleksi atlet, turut menjadi penyebab kemerosotan ini.


Beberapa cabang olahraga yang sebelumnya menjadi andalan Sulawesi Selatan, termasuk panahan, gagal memberikan kontribusi medali yang signifikan. Hal ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa dunia olahraga Sulawesi Selatan sedang berada dalam krisis manajemen yang perlu segera diperbaiki.


Tanggapan Farid Mamma, SH., M.H.: "Nepotisme Ini Langgar Hukum"


Menanggapi kasus ini, praktisi hukum ternama Sulawesi Selatan, Farid Mamma, SH., M.H., Direktur PUKAT Pusat Kajian dan Advokasi Anti Korupsi Sulawesi Selatan mengungkapkan bahwa praktik nepotisme di Dispora Sulawesi Selatan tidak hanya merusak kepercayaan publik, tetapi juga melanggar hukum. Farid menyebutkan bahwa tindakan menggantikan Rafi dengan anak Kadis Pora yang tidak memiliki prestasi atau kapabilitas yang memadai merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.



"Praktik nepotisme dalam seleksi atlet ini jelas merupakan penyalahgunaan wewenang. Pejabat negara tidak boleh menggunakan posisinya untuk menguntungkan keluarga sendiri, karena ini melanggar asas meritokrasi dan keadilan," tegas Farid. Ia juga menyoroti bahwa tindakan ini bisa dikategorikan sebagai pelanggaran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, yang melarang pejabat publik menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.



Farid menekankan bahwa seleksi atlet seharusnya dilakukan secara transparan dan profesional, mengutamakan mereka yang memang berprestasi. "Nepotisme dalam olahraga ini adalah pengkhianatan terhadap semangat sportivitas dan prestasi yang menjadi landasan utama dunia olahraga," lanjutnya.


Desakan Investigasi dan Reformasi


Menyikapi situasi ini, Farid Mamma mendesak agar pihak berwenang segera melakukan investigasi menyeluruh terhadap dugaan nepotisme di Dispora Sulawesi Selatan. Menurutnya, tindakan tegas diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa institusi olahraga di Sulawesi Selatan dikelola dengan prinsip-prinsip yang benar.



"Jika tidak segera ditangani, ini akan berdampak buruk bagi masa depan atlet-atlet muda di Sulawesi Selatan. Banyak atlet yang sudah bekerja keras akan kehilangan motivasi jika seleksi hanya berdasarkan kedekatan dengan pejabat," jelas Farid.



Lebih jauh, Farid menyerukan perlunya reformasi sistem seleksi atlet di Sulawesi Selatan. Ia menekankan bahwa ke depan, seleksi harus dilakukan secara independen dan terbebas dari pengaruh pejabat yang memiliki konflik kepentingan.



Kasus dugaan nepotisme di tubuh Dispora Sulawesi Selatan ini tidak hanya mencoreng reputasi dunia olahraga di provinsi tersebut, tetapi juga mencerminkan buruknya manajemen yang diwarnai kepentingan pribadi dan keluarga. Dengan adanya desakan dari masyarakat dan tokoh hukum seperti Farid Mamma, diharapkan kasus ini segera diusut tuntas, sehingga keadilan bagi atlet seperti Rafi dapat ditegakkan. Transparansi, profesionalisme, dan meritokrasi menjadi kunci bagi perbaikan dunia olahraga Sulawesi Selatan di masa depan.



@mds

Berita Video

IMG-20241205-WA0057® IMG-20241205-WA0058® IMG-20241205-WA0059® IMG-20241205-WA0056®
×
Berita Terbaru Update