![]() |
Wartawan di aniaya |
Celebes Post, Sijunjung, Sumbar – Dunia jurnalistik Indonesia kembali tercoreng oleh aksi kekerasan terhadap pers. Empat wartawan dari media online menjadi korban penyekapan, penganiayaan, perampokan, dan pemerasan oleh mafia BBM subsidi dan tambang emas ilegal di Tanjung Lolo, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
Empat wartawan tersebut—Suryani (Nusantararaya.com), Jenni (Siagakupas.com), Safrizal (Detakfakta.com), dan Hendra Gunawan (Mitrariau.com)—mengalami aksi brutal saat menjalankan tugas jurnalistik. Mereka dirampok, dianiaya, diperas, bahkan nyaris dibakar hidup-hidup hanya karena mengungkap praktik ilegal di wilayah tersebut.
Kejadian mengerikan ini terjadi di Tanjung Lolo, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Insiden ini berlangsung saat para wartawan melakukan investigasi terhadap dugaan penyelewengan BBM subsidi oleh PT Elnusa Petrofin serta aktivitas tambang emas ilegal yang diduga dikelola oleh Wali Jorong Koto Tanjung Lolo.
Para pelaku yang diduga kuat merupakan jaringan mafia BBM dan tambang ilegal di daerah tersebut. Wali Jorong Koto Tanjung Lolo disebut-sebut sebagai salah satu aktor utama di balik penyekapan dan penganiayaan terhadap para wartawan. Selain itu, kelompok tersebut juga melakukan ancaman serius terhadap para korban dengan menyatakan bahwa mereka kebal hukum.
Para wartawan sedang menjalankan tugas investigasi jurnalistik terkait dugaan penyalahgunaan BBM subsidi dan pertambangan emas ilegal. Temuan mereka dianggap mengancam bisnis ilegal yang selama ini berjalan tanpa hambatan. Akibatnya, para mafia bertindak kejam demi menutup mulut para wartawan.
Awalnya, keempat wartawan ini berusaha menggali informasi mengenai praktik ilegal tersebut. Namun, mereka justru mendapatkan serangan fisik dan verbal. Barang-barang mereka, termasuk dua unit laptop, dua unit HP, pakaian, charger, dongkrak mobil, hingga alat pemadam kebakaran, dirampas. Bahkan, wartawan perempuan, Jenni, nyaris menjadi korban kekerasan seksual.
Tidak cukup hanya merampok dan menyekap, para mafia menuntut uang tebusan sebesar Rp20 juta. Jika tidak dipenuhi, mereka mengancam akan membakar para wartawan dengan 30 liter bensin atau mendorong mereka ke jurang tambang agar terlihat seperti kecelakaan.
“Silakan lapor kemanapun, tidak ada yang akan peduli! Coba saja viralkan ini, saya akan habisi kalian semua!” ancam Wali Jorong Koto Tanjung Lolo sambil menghantam kayu broti ke meja, menunjukkan sikap seolah dirinya kebal hukum.
Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) mengutuk keras aksi kekerasan ini. Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, menyatakan bahwa kejadian ini adalah bukti nyata lemahnya perlindungan terhadap kebebasan pers di Indonesia.
“Ini tindakan biadab! Wartawan yang sedang menjalankan tugas malah dirampok, dianiaya, bahkan diperas oleh mafia tambang dan BBM. Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga ancaman serius terhadap demokrasi dan kebebasan pers!” tegas Wilson Lalengke dalam pernyataan resminya, Minggu, 16 Maret 2025.
PPWI mendesak Kapolri dan aparat di Sumatera Barat untuk segera menangkap para pelaku, termasuk pejabat yang diduga terlibat. Mereka juga meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk memberikan perlindungan kepada para wartawan yang menjadi korban agar tidak mengalami intimidasi lebih lanjut.
Sementara itu, Farid Mamma, SH., M.H., pemerhati hukum dan kebebasan pers, turut mengecam kejadian ini. Menurutnya, tindakan kekerasan terhadap wartawan tidak bisa ditoleransi dan harus ditindak dengan tegas sesuai hukum yang berlaku.
“Kejadian ini adalah tamparan keras bagi aparat penegak hukum. Jika para mafia dibiarkan semakin merajalela, maka kita tidak bisa lagi berbicara tentang demokrasi dan keadilan. Kepolisian harus segera bertindak dan menangkap semua pelaku tanpa pandang bulu,” tegas Farid Mamma.
Hingga berita ini ditulis, publik masih menunggu tindakan tegas dari kepolisian. Apakah aparat akan bertindak cepat, atau justru membiarkan mafia semakin merajalela?
(TIM/RED)