Kamis 1 Mei 2025

Notification

×
Kamis, 1 Mei 2025

Iklan

Iklan

1-20250413-190548-0000 2-20250413-190548-0001®

Berdamai dengan Hati: Jalan Sunyi Menuju Ketenangan Batin

Selasa, 08 April 2025 | April 08, 2025 WIB Last Updated 2025-04-08T13:44:13Z
Ilustrasi Jurnalis


Celebes Post Makassar — Di tengah riuhnya dunia yang terus bergerak cepat, banyak dari kita yang tanpa sadar kehilangan satu hal paling penting: kedamaian dalam hati. Hingar-bingar kehidupan, ambisi yang tak kunjung selesai, hingga luka masa lalu yang tak kunjung sembuh, sering kali membuat hati terasa sesak, bahkan kosong.


Namun, sesungguhnya, kedamaian itu tidak berada jauh. Ia bukan di luar sana, melainkan dalam diri sendiri—pada momen kita memutuskan untuk berdamai dengan hati.


Berdamai dengan hati bukan berarti menyerah. Ia adalah bentuk keberanian tertinggi: mengakui luka, menerima kegagalan, memaafkan orang lain, dan yang paling sulit—memaafkan diri sendiri.


“Saya pernah begitu marah pada kehidupan, merasa semua tidak adil. Tapi ketika saya mulai memaafkan dan berdamai dengan apa yang tak bisa saya ubah, pelan-pelan saya merasa tenang,” ungkap Jarmin, seorang guru yang pernah mengalami kehilangan besar dalam hidupnya.


Banyak orang lupa, bahwa hati yang penuh dendam hanya akan menjadi beban. Ia menumpuk dari waktu ke waktu, menyiksa jiwa dalam diam. Maka, berdamai bukan tentang melupakan, tapi tentang membebaskan diri dari jeratan rasa sakit yang terus-menerus.


Psikolog klinis non formal asal Makassar, Gus Alam, mengatakan bahwa berdamai dengan hati adalah proses panjang dan membutuhkan kesadaran penuh. “Bukan proses instan. Kadang perlu menangis, menyendiri, bahkan jatuh berkali-kali. Tapi dari situ seseorang akan tumbuh,” jelasnya.


Dalam budaya Bugis-Makassar, dikenal istilah sipakatau—saling memanusiakan. Prinsip ini bukan hanya dalam relasi sosial, tapi juga dalam memperlakukan diri sendiri. Memberi ruang bagi diri untuk merasa, gagal, dan belajar. Karena hanya dengan itu, kita bisa benar-benar hidup, bukan sekadar bertahan.


Akhirnya, berdamai dengan hati adalah perjalanan sunyi, tapi bukan berarti sendiri. Setiap orang memiliki pertempuran batinnya masing-masing. Tapi yang membedakan adalah mereka yang memilih untuk menyembuhkan, bukan menyimpan luka dalam diam.


Dan di titik itu, kita akan sadar: ketenangan sejati tidak diberikan, tetapi diciptakan—oleh hati yang telah memilih untuk berdamai.


Oleh: Mustakin Dg Sikota

Berita Video

×
Berita Terbaru Update