![]() |
Darmin, S.H., Pemerhati Pendidikan dan Wakil Direktur (LAKIMDO) Lembaga Analisi Anti korupsi Indonesia Sulawesi selatan |
Celebes Post Makassar — Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) di Universitas Negeri Makassar (UNM) menuai kecaman keras. Sejumlah peserta, khususnya dari Universitas Hasanuddin (Unhas), mengungkapkan kekecewaan atas dugaan perlakuan diskriminatif dalam pelaksanaan ujian.
Kemarahan bermula ketika peserta dari Unhas diarahkan menggunakan tangga manual hingga lantai 10, sementara peserta dari UNM difasilitasi dengan penggunaan lift. Kondisi ini dibenarkan oleh beberapa orang tua peserta dan calon mahasiswa baru yang merasa anak mereka diperlakukan tidak adil.
Salah satu peserta, berinisial RR, mengaku kelelahan berat setelah harus menaiki tangga ke lantai 10 sebelum ujian dimulai.
"Anak saya sudah habis tenaganya sebelum mengerjakan soal. Ini merugikan mental dan fisiknya. Perlakuan semacam ini sangat tidak berkeadilan," kata orang tua RR kepada Celebes Post.
Konfirmasi ke pihak UNM berjalan sulit. Prof. RS memilih bungkam, sementara BK dari pihak internal hanya memberi jawaban singkat agar menghubungi panitia SPMB. Baru pada konfirmasi ketiga, seorang panitia berinisial AP mengakui adanya keterbatasan fasilitas lift.
"Karena lift terbatas, sebagian peserta memang diarahkan naik tangga," ungkap AP.
Namun, penjelasan ini justru semakin memperkuat dugaan buruknya manajemen pelaksanaan SNPMB UNM tahun ini. Banyak pihak mempertanyakan mengapa fasilitas dasar seperti lift tidak diprioritaskan secara adil, tanpa membeda-bedakan peserta.
Pihak panitia SNPMB UNM akhirnya mengeluarkan klarifikasi resmi. Mereka membantah tuduhan diskriminasi dan menegaskan bahwa peserta UTBK SNBT yang berada di lantai 7 hingga 11 telah diberi akses lift, sedangkan peserta di lantai 2 dan 4 menggunakan tangga untuk efisiensi.
"Semua layanan di FMIPA UNM dioptimalkan untuk peserta UTBK SNBT tahun 2025," tulis panitia.
Meski demikian, klarifikasi itu tidak menghentikan gelombang kecaman.
Darmin, S.H., Pemerhati Pendidikan dan Wakil Direktur (LAKIMDO) Lembaga Analisi Anti korupsi Indonesia Sulawesi selatan, mengecam keras penyelenggaraan SNPMB UNM.
"Ini bukan sekadar soal lift. Ini tentang prinsip keadilan dan penghormatan terhadap hak semua peserta! Ketika ada anak-anak dipaksa naik tangga sepuluh lantai sementara yang lain nyaman memakai lift, itu diskriminasi terang-terangan," tegas Darmin.
Ia menilai, insiden ini mencerminkan kelalaian dan ketidakseriusan panitia dalam mengatur teknis ujian.
"Ini bentuk ketidakadilan struktural. UNM harus bertanggung jawab! Kami mendesak evaluasi total dan meminta Kemendikbudristek turun tangan meninjau pelaksanaan SNPMB di UNM," tandasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak UNM belum memberikan klarifikasi lanjutan maupun permintaan maaf resmi kepada peserta dan keluarga.
(MDS – Celebes Post)